Seberapa sering kita intropeksi diri kita sendiri? Sejauh
mana kita menilai sikap yang telah kita lakukan selama hidup di dunia ini?
Sudah benarkah? Atau justru sebaliknya? Intropeksi, memiliki makna yaitu
penyelidikan (pemeriksaan, penelaahan) terhadap diri sendiri, peninjauan
(koreksi) terhadap pikiran (perasaan,sikap, perbuatan sendiri, atau mawas
diri). Tanpa kita sadari, kita telah banyak melewati momen-momen untuk berbenah
diri. Seringnya justru kebanyakan dari kita sibuk mengurusi sikap dan tingkah
laku orang lain, memberikan komentar atas tindak-tanduk orang lain, dan yang
lebih ekstrim adalah kita dengan mudahnya dapat menilai seseorang baik atau
buruk padahal kita kurang begitu mengenalnya. Sikap yang seperti itu yang harus
kita buang jauh-jauh.
Dari seringnya kita memberikan komentar atas tindak
tanduk orang lain, maka akan memicu pula untuk kita melakukan “ghibah” atau
menggunjing. Jika hal semacam itu sudah terjadi, maka kita sudah terserang
penyakit hati. Ingat, penyakit hati dapat mengikis semua amalan-amalan baik
yang kita miliki. Seperti kayu bakar yang terlalap api, maka semuanya akan
habis terbakar dan menjadi abu. Sifat menggunjing, seringnya dilakukan oleh
kaum hawa yang sedang dalam satu perkumpulan-perkumpulan yang kurang
bermanfaat, dan jika kita tak bisa berkata yang baik-baik, maka lebih baik kita
diam. Menggunjingkan orang lain, sekalipun itu fakta dari orang yang kita
bicarakan, tetap saja hasilnya adalah dosa yang didapat. Jika kita membuka aib
orang lain, itu sama halnya ibarat kita memakan bangkai saudara kita sendiri,
Menjijikan. Terlebih lagi jika hal yang kita bicarakan adalah tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada, itu sudah masuk ranah fitnah dan menghasilkan
akumulasi dosa yang berakar dari menggunjing, berbohong, dan fitnah. Fitnah dan
berbohong merupakan perbuatan tercela dan merugikan orang lain.
Lalu pertanyaannya, bagaimana cara kita agar tidak sibuk
mengurusi urusan orang lain? Bagaimana cara kita intropeksi diri? Kapan
waktunya kita untuk intropeksi diri? Langkah pertama, tanamkan dalam pikiran
kita, bahwa jangan menilai seseorang dari luarnya saja. Atau yang kerap kali
kita dengar pepatahnya yaitu , “jangan menilai buku dari sampulnya”. Pepatah
itu memang benar adanya. Karena jika kita menilai seseorang dari penampilan
luarnya saja, maka kita tidak akan menemukan penilaian yang maksimal. Karena
kita menilainya dengan cara subjektif saja, tidak secara objektif. Banyak orang
yang penampilannya baik, berwibawa, santun, tetapi kenyataannya justru sebaliknya.
Dan ada sebagian orang yang penampilannya kurang meyakinkan, tetapi justru ia
merupakan orang yang menyenangkan. Ingat, jangan cepat menilai seseorang.
Seseorang tidak ada yang sempurna, dan berusahalah untuk mengenalnya lebih
dalam. Langkah kedua untuk melakukan intropeksi diri yaitu, bersikaplah rendah
hati. Hindari sikap sombong dalam diri kita, sombong merupakan salah satu
penyakit hati. Jadi berhati-hatilah dengan sikap yang sombong. Jangan selalu
berpikir bahwa hanya kita yang benar,suci , dan baik. Ingat masih ada langit di
atas langit. Sikap sombong yang dapat menyebabkan kita dengan mudahnya menilai
seseorang. Bahwa seseornag itu lebih rendah dari pada kita, lebih buruk dari
pada kita. Dan kita jauh lebih segala-galanya dibanding orang lain. Pikirkan
apa-apa saja yang telah kita ucapkan tiap harinya dalam interaksi dengan orang
lain. Jangan-jangan selama ini kita merasa suci, baik, dan benar, tetapi ada
salah satu diantara orang-orang terdekat kita yang merasa teraniaya, merasa
tersakiti karena ucapan,perbuatan, dan sikap yang telah kita lakukan tanpa kita
sadari.
Ucapan dan perkataan yang kita gunakan sehari-hari,
berhati-hatilah dengannya. Karena mulut kita sama halnya dengan pisau yang
tajam, yang sewaktu-waktu dapat menyayat atau menyakiti orang lain, bahkan
dapat menjadi senjata makan tuan bagi kita. Ingat, mulutmu harimaumu yang sewaktu-waktu dapat menerkam kita kapan
saja. Contohnya jika mulut kita tak dapat dijaga, seseorang yang merasa
tersakiti atas ucapan dan perkataan kita akan menjauhi kita , dan hitunglah
berapa banyak orang yang telah kita sakiti. Jika banyak orang yang tersakiti
karena ucapan kita, maka bersiap-siaplah akan banyak orang yang menjauhi kita.
Waktu yang tepat untuk kita intropeksi diri, yaitu setiap
saat disepanjang hidup kita. Banyak waktu-waktu yang dapat kita gunakan untuk
intropeksi diri, salah satunya saat kita beribadah. Melakukan solat, adalah
salah satu cara kita berkomunikasi dengan tuhan. Jika kita mendekatkan diri
kepada tuhan, maka kita akan tau apa-apa saja yang boleh kita perbuat, dan
apa-apa saja yang tidak boleh diperbuat. Ingat, solat merupakan benteng, tameng
bagi diri kita. Jika kita tetap menjaga solat kita, maka kita secara reflex
akan menghindari sifat-sifat yang tercela seperti sombong, menggunjing, fitnah
dan berbohong. Dalam islam, selain solat, banyak cara untuk kita agar dapat
merenung dan intropeksi diri. Salah satunya juga yaitu dzikir (mengingat Allah
SWT) dan betafakur (berdiam diri)
melakukan perenungan sikap dan tindak-tanduk kita. Semoga kita semua
dapat lebih sering intropeksi diri dibanding menilai sikap orang lain.
0 komentar:
Posting Komentar