Senin, 01 April 2013

Pengaruh Inflasi


PENDAHULUAN
            Dengan bertumbuhnya jaman, perkembangan ekonomi dalam suatu Negara tentu mengalami banyak perubahan baik dari sisi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi di sekitar rill. Naik turunnya ekonomi suatu Negara tentu saja disebabkan oleh banyak factor. Factor-faktor tersebut bisa saja berasal dari dalam Negara tersebut, maupun dari luar Negara tersebut.
            Dalam setiap Negara tentu saja mempunyai inflasi dalam ekonominya. Inflasi dapat berakibat buruk,juga dapat dijadikan pendorong majunya roda perekonomian suatu Negara. Inflasi dapat dijadikan motor penggerai dalam suatu roda perekonomian Negara, sehingga factor produksi dapat berjalan dengan seimbang sesuai dengan peningkatan inflasi tersebut serta dapat meningkatkan daya beli masyarakat.  

ISI
  • APA ITU INFLASI ?

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Jenis-Jenis inflasi

·         Berdasarkan Tingkat Keparahannya  dibedakan menjadi 4
1.      Inflasi Ringan, yaitu tingkat inflasi sampai dengan 10% atau 20% setahun;
2.      Inflasi Sedang, yaitu antara 10% s/d 30% setahun;
3.      Inflasi Berat, yaitu antara 30% s/d 100% setahun;
4.      Hiper Inflasi, yaitu di atas 100% setahun.

·         Berdasarkan  sebab terjadinya:
Demand Inflation, yaitu inflasi yang timbul karena desakan permintaan masyarakat akan barang dan jasa begitu kuat. Inflasi ini muncul karena naiknya tingkat pendapatan masyarakat, sehingga masyarakat cenderung membeli barang dan jasa lebih banyak dari yang biasa mereka gunakan. Misalnya seseorang yang biasa mengkonsumsi susu satu gelas sehari, karena pendapatnya meningkat, maka konsumsi susunya juga meningkat menjadi 3 gelas sehari. Dengan meningkatnya konsumsi atau pembelian, akan mendorong naiknya harga barang-barang.
Cost atau Cost-push Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan karena naiknya biaya produksi. Misalnya terjadi kenaikan bahan bakar atau tuntutan buruh akan kenaikan upah, dimana kedua hal itu merupakan bagian dari biaya produksi, maka perusahaan pun akan menaikkan harga jual barang dan jasanya.
·         Berdasarkan asal-usul terjadinya:
Domestic inflation, yaitu inflasi yang berasal atau bersumber dari dalam negeri; Misalnya pemerintah mengalami defisit anggaran belanja kemudian pemerintah mencetak uang baru, sehingga jumlah uang beredar bertambah. Keadaan ini akan mendorong tingkat konsumsi masyarakat, bila penawaran barang tetap, maka hal ini akan mendorong kenaikan harga barang-barang.
Imported inflation, yaitu inflasi yang berasal dari luar negeri. Sebagai contoh adalah negara kita, dimana negara kita masih banyak mengimpor bahan baku dan barang modal lainnya. Apabila harga barang-barang yang diimpor itu naik, maka biaya produksi juga meningkat, yang akhirnya akan menaikkan harga jual barang dan jasa.
Penyebab terjadinya inflasi
Ada beberapa Faktor yang menyebabkan terjadinya suatu Inflasi, berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi di suatu negara
A.     Terhambatnya produksi.
Inflasi dapat terjadi karena terhambatnya produksi barang dan jasa. Misalnya, pada musim banjir banyak terjadi kegagalan panen sehingga produksi padi menurun. Pada saat suatu negara mengalami peperangan, produksi tidak bisa berjalan lancar karena pabrik-pabrik mengetahui serangan yang mungkin terjadi. Demikian pula ketika terjadi bencana alam. Akibat produksi terhambat, pasokan barang kebutuhan masyarakat terhambat dan harga-harga merambat naik.

B.     Meningkatnya permintaan agregat.
Permintaan agregat merupakan keseluruhan permintaan dalam perekonomian. Permintaan agregat berasal dari masyarakat, dunia usaha, maupun pemerintah. Tingginya permintaan agregat terhadap barang dan jasa apabila tidak diimbangi dengan persediaan yang mencukupi akan mendorong naiknya harga-harga. Tingginya permintaan masyarakat terjadi karena pertambahan jumlah penduduk, perubahan selera masyarakat, serta berlangsungnya hari raya keagamaan seperti Idul Fitri dan Natal.
C.     Penetapan harga oleh pemerintah.
 Pada umumnya, kenaikan harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik akan diikuti oleh naiknya harga-harga barang lain. Bahan bakar minyak dan listrik merupakan komponen biaya produksi dan biaya angkut barang yang cukup penting sehingga ikut mempengaruhi harga jual, baik harga bahan baku maupun barang jadi. Kenaikan harga ini akan terus menular ke semua sektor lain.
D.     Pengaruh sektor moneter. Sektor moneter berkaitan dengan jumlah uang beredar, termasuk kurs mata uang. Ketika jumlah uang beredar meningkat, sementara kemampuan produksi dalam perekonomian tetap, harga barang-barang bisa merangkak naik. Nilai uang akan merosot. Hal ini pernah dialami pada masa Orde Lama. Ketika itu pemerintah mencetak uang secara besar-besaran untuk membiayai pengeluaran negara. Akibatnya, harga-harga naik enam kali lipatnya. Melemahnya kurs valuta asing yang mempengaruhi harga barang impor juga akan mendorong inflasi di dalam negeri.
Penghitungan Inflasi
Besarnya angka inflasi di Indonesia dihitung berdasarkan prkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang disajikan oleh BPS dalam bentuk release yang mengambarkan besarnya inflasi pada tingkat nasional dan propinsi maupun untuk masing-masing jenis barang dan jasa yang termasuk dalam pola konsumsi masyarakat. IHK adalah angka indeks yang mengukur besarnya perubahan harga yang terjadi pada sekelompok barang dan jasa yang mewakili konsumsi masyarakat rata-rata diperkotaan.
Secara ringkas biasa dihitung berdasarkan dua komponen utama yaitu, (1) pola konsumsi masyarakat yang direfleksikan dalam bentuk diagram timbangan dari berbagai jenis barang dan jasa yang termasuk dalam keranjang belanja (market basket) keluarga dan (2) perkembangan harga dari masing-masing jenis barang dan jasa yang termasuk dalam market basket tersebut. Dengan kata lain, IHK adalah angka indeks harga yang tertinggal dengan timbangan besarnya pengeluaran rata-rata yang dibayar oleh keluarga di wilayah tertentu. Timbangan ini di peroleh pada tahun yang digunakan pada tahun dasar dari angka indeks tersebut. Formula yang digunakan BPS untuk menghitung IHK ialah formula laspeyers:
 I(t) = jumlah ( Pi(t) X Qi((0) )
              jumlah ( Pi(0) X Qi(0) )
Keterangan :
I(t)    : indeks pada periode (tahun atau bulan) t
Pi(t)    : harga barang/jasa jenis i pada periode t
Pi(0)    : harga barang/jasa jenis i pada periode dasar atau periode (t-1)
Qi(t)    : barang/jasa jenis i (yang dikonsumsi) pada periode t (ada n jenis)
Qi(0)    : barang/jasa jenis i (yang dikonsumsi) pada periode dasar
            : harga relatif pada periode t terhadap periode dasar
Penghitungan IHK juga bisa dihitung dengan cara:
     P = I (t) - I (t-1)  X 100
                 I (t-1)
Dari formula perhitungan IHK ini jelas bahwa yang berpengaruh pada besarnya inflasi ada dua faktor utama: harga relatif pada bulan ke-t dibandingkan bulan ke-(t-1) dan nilai konsumsi barang dan jasa pada bulan (t-1) yang digunakan sebagai timbangan atau bobot untuk menghitung angka indeks pada bulan t. sedangkan angka peningkatan inflasi dari tahun ke tahun dapat dilihat dalam data dibawah ini :
Gambar : inflasi 2006-2011 & target 2012-2013

Efek serta Dampak Inflasi
Adapun Efek-Efek dan dampak yang ditimbulkan dari Inflasi:
1.    Efek terhadap pendapatan (equity effect)
Efek tehadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang memperoleh pendapatan tetap Rp 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10 persen akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut yaitu Rp 50.000,00.
2.    Efek terhadap efisiensi (efficiency effect)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efesien.
3.    Efek terhadap output (output effect)
Dalam menganalisa kedua efek di atas (equity dan efficiency effect) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
4.    Inflasi dan perkembangan ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan mengalakkan perkembangan ekonomi biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Aturan lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan infestasi yang bersifat seperti ini, infestasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya akan lebih banyak penganguran.
Dampak Inflasi

Inflasi memiliki dampak positif dan juga dampak negatif.

1.      Dampak positif:
Ø  Peredaran / perputaran barang lebih cepat.
Ø  Produksi barang-barang bertambah, karena keuntungan pengusaha bertambah.
Ø  Kesempatan kerja bertambah, karena terjadi tambahan investasi.
Ø  Pendapatan nominal bertambah, tetapi riil berkurang, karena kenaikanpendapatan kecil.

2.      Dampak Negatif:
Ø  Harga barang-barang dan jasa naik.
Ø  Nilai dan kepercayaan terhadap uang akan turun atau berkurang.
Ø  Menimbulkan tindakan spekulasi.
Ø  Banyak proyek pembangunan macet atau terlantar.
Ø  Kesadaran menabung masyarakat berkurang.


PENUTUP
Cara Mencegah Inflasi
Dengan mengunakan Irving Fisher MV = PT dapat di jelaskan bahwa inflasi timbul karena MV naik lebih cepat dari pada T. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya inflasi maka salah satu variabel (M atau V) harus di kendalikan. Cara mengatur vareabel M,V dan T tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan produksi.
      a.      Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter di capai melalui jumlah uang yang beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposito). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara, pertama apabila seseorang memasukkan uang kas ke Bank dalam bentuk giro, instrumen lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasar terbuka (jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih rendah.
      b.      Kebijaksanaan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total sehingga inflasi dapat ditekan.
      c.       Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri cenderung menurunkan harga.
      d.      Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji atau upah (dengan demikian gaji/upah secara riil). Kalau indeks harga naik maka upah atau gaji juga dinaikkan.

DAFTAR PUSTAKA

0 komentar:

Posting Komentar