Kamis, 18 Desember 2014

Intropeksi Diri



            Seberapa sering kita intropeksi diri kita sendiri? Sejauh mana kita menilai sikap yang telah kita lakukan selama hidup di dunia ini? Sudah benarkah? Atau justru sebaliknya? Intropeksi, memiliki makna yaitu penyelidikan (pemeriksaan, penelaahan) terhadap diri sendiri, peninjauan (koreksi) terhadap pikiran (perasaan,sikap, perbuatan sendiri, atau mawas diri). Tanpa kita sadari, kita telah banyak melewati momen-momen untuk berbenah diri. Seringnya justru kebanyakan dari kita sibuk mengurusi sikap dan tingkah laku orang lain, memberikan komentar atas tindak-tanduk orang lain, dan yang lebih ekstrim adalah kita dengan mudahnya dapat menilai seseorang baik atau buruk padahal kita kurang begitu mengenalnya. Sikap yang seperti itu yang harus kita buang jauh-jauh.
            Dari seringnya kita memberikan komentar atas tindak tanduk orang lain, maka akan memicu pula untuk kita melakukan “ghibah” atau menggunjing. Jika hal semacam itu sudah terjadi, maka kita sudah terserang penyakit hati. Ingat, penyakit hati dapat mengikis semua amalan-amalan baik yang kita miliki. Seperti kayu bakar yang terlalap api, maka semuanya akan habis terbakar dan menjadi abu. Sifat menggunjing, seringnya dilakukan oleh kaum hawa yang sedang dalam satu perkumpulan-perkumpulan yang kurang bermanfaat, dan jika kita tak bisa berkata yang baik-baik, maka lebih baik kita diam. Menggunjingkan orang lain, sekalipun itu fakta dari orang yang kita bicarakan, tetap saja hasilnya adalah dosa yang didapat. Jika kita membuka aib orang lain, itu sama halnya ibarat kita memakan bangkai saudara kita sendiri, Menjijikan. Terlebih lagi jika hal yang kita bicarakan adalah tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, itu sudah masuk ranah fitnah dan menghasilkan akumulasi dosa yang berakar dari menggunjing, berbohong, dan fitnah. Fitnah dan berbohong merupakan perbuatan tercela dan merugikan orang lain.
            Lalu pertanyaannya, bagaimana cara kita agar tidak sibuk mengurusi urusan orang lain? Bagaimana cara kita intropeksi diri? Kapan waktunya kita untuk intropeksi diri? Langkah pertama, tanamkan dalam pikiran kita, bahwa jangan menilai seseorang dari luarnya saja. Atau yang kerap kali kita dengar pepatahnya yaitu , “jangan menilai buku dari sampulnya”. Pepatah itu memang benar adanya. Karena jika kita menilai seseorang dari penampilan luarnya saja, maka kita tidak akan menemukan penilaian yang maksimal. Karena kita menilainya dengan cara subjektif saja, tidak secara objektif. Banyak orang yang penampilannya baik, berwibawa, santun, tetapi kenyataannya justru sebaliknya. Dan ada sebagian orang yang penampilannya kurang meyakinkan, tetapi justru ia merupakan orang yang menyenangkan. Ingat, jangan cepat menilai seseorang. Seseorang tidak ada yang sempurna, dan berusahalah untuk mengenalnya lebih dalam. Langkah kedua untuk melakukan intropeksi diri yaitu, bersikaplah rendah hati. Hindari sikap sombong dalam diri kita, sombong merupakan salah satu penyakit hati. Jadi berhati-hatilah dengan sikap yang sombong. Jangan selalu berpikir bahwa hanya kita yang benar,suci , dan baik. Ingat masih ada langit di atas langit. Sikap sombong yang dapat menyebabkan kita dengan mudahnya menilai seseorang. Bahwa seseornag itu lebih rendah dari pada kita, lebih buruk dari pada kita. Dan kita jauh lebih segala-galanya dibanding orang lain. Pikirkan apa-apa saja yang telah kita ucapkan tiap harinya dalam interaksi dengan orang lain. Jangan-jangan selama ini kita merasa suci, baik, dan benar, tetapi ada salah satu diantara orang-orang terdekat kita yang merasa teraniaya, merasa tersakiti karena ucapan,perbuatan, dan sikap yang telah kita lakukan tanpa kita sadari.
            Ucapan dan perkataan yang kita gunakan sehari-hari, berhati-hatilah dengannya. Karena mulut kita sama halnya dengan pisau yang tajam, yang sewaktu-waktu dapat menyayat atau menyakiti orang lain, bahkan dapat menjadi senjata makan tuan bagi kita. Ingat, mulutmu harimaumu yang sewaktu-waktu dapat menerkam kita kapan saja. Contohnya jika mulut kita tak dapat dijaga, seseorang yang merasa tersakiti atas ucapan dan perkataan kita akan menjauhi kita , dan hitunglah berapa banyak orang yang telah kita sakiti. Jika banyak orang yang tersakiti karena ucapan kita, maka bersiap-siaplah akan banyak orang yang menjauhi kita.
            Waktu yang tepat untuk kita intropeksi diri, yaitu setiap saat disepanjang hidup kita. Banyak waktu-waktu yang dapat kita gunakan untuk intropeksi diri, salah satunya saat kita beribadah. Melakukan solat, adalah salah satu cara kita berkomunikasi dengan tuhan. Jika kita mendekatkan diri kepada tuhan, maka kita akan tau apa-apa saja yang boleh kita perbuat, dan apa-apa saja yang tidak boleh diperbuat. Ingat, solat merupakan benteng, tameng bagi diri kita. Jika kita tetap menjaga solat kita, maka kita secara reflex akan menghindari sifat-sifat yang tercela seperti sombong, menggunjing, fitnah dan berbohong. Dalam islam, selain solat, banyak cara untuk kita agar dapat merenung dan intropeksi diri. Salah satunya juga yaitu dzikir (mengingat Allah SWT) dan betafakur (berdiam diri)  melakukan perenungan sikap dan tindak-tanduk kita. Semoga kita semua dapat lebih sering intropeksi diri dibanding menilai sikap orang lain.

0 komentar:

Posting Komentar